Senin, 07 September 2009

Makalah Kurangnya Percaya Diri

KURANGNYA RASA PERCAYA DIRI


BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya : siswa, tujuan, dan guru.

Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Namun dalam kenyataannya, mencapai tujuan proses belajar mengajar yang baik banyak sekali tantangan atau hambatan yang harus dihadapi.

Masalah – masalah yang dihadapi murid dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah antara lain:

1. Kurang focus saat PBM berlangsung.

2. Kurang memahami pada hal-hal yg penting/ intisari materi pelajaran yang disajikan.

3. Beban materi pelajaran yang dirasakan terlalu berat.

4. Murid bersikap pasif saat Proses Belajar Mengajar berlangsung.

5. Mengimbangi kecepatan penjelasan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,dll.

Yang akan dibahas secara mendalam dalam makalah ini berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa yang berkaitan dengan masalah sosial. Dalam melaksanakan proses pendidikan banyak ditemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah sosial, diantaranya beban materi pelajaran yang dirasakan terlalu berat mungkin itu akibat dari kurangnya rasa percaya diri yang terjadi pada siswa.

Untuk memecahkan masalah ini, dibutuhkan bimbingan dan konseling. yaitu suatu tempat untuk mencurahkan sagala masalah yang dihadapi, baik masalah yang dihadapi oleh guru maupun oleh murid, terutama dalam proses pembelajaran. Dengan adanya bimbingan konseling diharapkan semua masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran dapat terselesaikan dengan baik, tanpa ada pihak yang dirugikan atau yang dikecewakan.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun hanya membahas tentang rasa percaya diri yang terjadi pada siswa.

1.2.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam makalah ini menyangkut tiga hal yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan rasa percaya diri?

2. Gejala yang Nampak karena kurangnya rasa percaya diri?

3. Mengapa rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu?

4. Apakah kurangnya rasa percaya diri dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal?

5. Jika memang rasa kurang percaya diri dapat diperbaiki, langkah-langkah apakah yang harus dilakukan?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.

2. Mengetahui lebih jauh tentang bagaimana rasa percaya diri, gejala yang muncul akibat rasa percaya diri, seberapa pentingnya rasa percaya diri, dan jika rasa percaya diri dapat diperbaiki maka langkah apa yang harus dilakukan.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat yang dapat diambil dari maklah ini adalah:

1. Dapat mengetahui lebih dalam mengenai masalah yang dihadapi oleh siswa.

2. Memudahkan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada.

1.5 Metode dan Teknik Penulisan

1.5.1 Metode Penulisan

Metode yang baik untuk menyusun sesuatu ialah metode yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal tersebut dalam penyusunan ini penyusun akan menggunakan metode deskriptif, yaitu berusaha mendeskripsikan apa yang ada, bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang tumbuh.

1.5.2 Teknik Penulisan

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan:

- Telaah pustaka yaitu membaca dan memahami buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

- Analisis yaitu menganalisis data untuk mendeskripsikan tentang masalah yang disusun.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

1.2.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1.4 Manfaat Penulisan Makalah

1.5 Metode dan Teknik Penulisan

1.5.1 Metode Penulisan

1.5.2 Teknik Penulisan

1.6 Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pendidikan

2.2 Masalah Yang Ada Karena Rasa Percaya Diri

2.3 Pengertian Percaya Diri

2.4 Pengertian Bimbingan dan Konseling

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Percaya Diri

3.2 Rasa Percaya Diri dalam dimensi Agama

3.3 Gejala-gejala yang Nampak Karena Kurangnya Rasa Percaya Diri

3.3 Kiat Membangun dan Mengembangkan Rasa Percaya Diri

3.4 Cara-cara meningkatkan Rasa Percaya Diri

3.5 Perkembangan rasa percaya Diri

3.6 Membangun rasa percaya Diri

3.7 Layanan Bimbingan yang Sesuai

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

LANDASAN TEORITIS

PENGERTIAN PENDIDIKAN

Definisi Awam, “Suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”. “Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.

Definisi Psikologi, proses “Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat”. Hasil “Mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar.

Pendidikan dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien. Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh suatu lembaga.

Dalam pendidikan tentu adanya proses belajar mengajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya :

a. Siswa, yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya.

b. Tujuan, yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau system nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa (seperti yang ditetapkan oleh siswa sendiri, guru, atau masyarakat orang dewasa) yang seyogyanya diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan yang berencana dan dapat dievaluasi (terukur).

c. Guru, ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat mengajar sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat (appropriate).

Masalah – masalah yang dihadapi murid dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah antara lain:

1. Kurang focus saat PBM berlangsung.

2. Kurang memahami pada hal-hal yg penting/ intisari materi pelajaran yang disajikan.

3. Beban materi pelajaran yang dirasakan terlalu berat.

4. Murid bersikap pasif saat Proses Belajar Mmengajar berlangsung.

5. Mengimbangi kecepatan penjelasan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,dll.

Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Namun banyak sekali masalah-masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar tersebut, misalnya: beban materi pelajaran yang dirasa terlalu berat yang diakibatkan oleh kurangnya rasa percaya diri.

Beban materi pelajaran yang dirasa terlalu berat mengakibatkan malas dalam belajar, mudah menyerah, dimana itu merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh adanya rasa kurang percaya diri. Untuk menyelesaikan masalah itu, kita harus mengetahui dulu bagaimana pengertian percaya diri, gejala-gejala yang ada yang ditimbulkan karena rasa percaya diri, bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri.

PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan ialah bantuan yang diberi kepada seseorang individu untuk menentukan matlamat jangka pendek dan panjang, merancang cara-cara bertindak serta memperbaiki sikap dan tingkah laku dalam aspek-aspek yang perlu (Alice Crow).

Sedangkan Konseling ialah suatu pertalian timbal balik antara 2 orang individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (conselee) supaya ia dapat memahami dirinya dalam hubungan denfgan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan waktu yang akan datang (James F. Adam).

Dengan kata lain bimbingan konseling juga dapat dijadikan suatu tempat untuk mencurahkan sagala masalah yang dihadapi, baik masalah yang dihadapi oleh guru maupun oleh murid, terutama dalam proses pembelajaran. Jadi, dengan adanya bimbingan konseling diharapkan semua masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran dapat terselesaikan dengan baik, tanpa ada pihak yang dirugikan atau yang dikecewakan.

PENGERTIAN PERCAYA DIRI

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias sakti. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut.

Pendapat para ahli yang diilhami kenyataan menyimpulkan bahwa rasa percaya diri atau sering diistilahkan dengan 'pede' merupakan kualitas personal yang dibutuhkan. Dengan merasa pede berarti kita sudah memulai perjalanan hidup yang berlandaskan pada keunggulan-diri, arah kiblat (direction) yang sudah kita tentukan, fokus hidup yang telah kita pilih, keputusan hidup yang telah kita ambil dan kemudian membuat kita merasa punya hak untuk mendapatkan apa yang benar-benar kita inginkan. Kekuatan pede juga membuat kita yakin bahwa tantangan apapun yang menghadang masih berada dalam kapasitas kita untuk diselesaikan.

Hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu terlebih ketika dihadapkan pada tantangan ataupun situasi baru.

Menyikapi kondisi seperti ini, maka akan muncul pertanyaan: “mengapa rasa percaya diri (self confidence) begitu penting dalam-kehidupan individu, lalu apakah kurangnya rasa percaya diri diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal. Jika memang rasa kurang pencaya diri dapat diperbaiki, maka langkah-langkah apa yang harus dilakukan.”

Sebelum menuju kepada rasa percaya diri perlu pula diketahui tentang perlunya harga diri (self esteem), karena pada hakikatnya sumber dan tumbuhnya rasa percaya diri adalah berawal dari terbangunnya sikap self esteem (harga diri). Bahkan ciri-ciri bahwa seseorang mempunyai harga diri (self esteem) yang kuat itu salah satunya bahwa seseorang mempunyai self confidence (percaya diri). Perbedaan antara self esteem dengan self confidence adalah kalau sudah mempunyai self esteem berarti sudah pula memiliki self confidence, akan tetapi walau sudah memiliki self confidence belum tentu memiliki self esteem.

BAB III

PEMBAHASAN

Sebenarnya apa sih yang kita maksudkan dengan istilah pede “percaya diri” itu? Kalau melihat ke literatur ilmiahnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede ini. Di sini saya hanya ingin menyebutkan empat saja:

Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.

Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda

Self efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.

Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (James Neill, 2005)

Berdasarkan itu semua, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa kepercayaan-diri itu adalah efek dari bagaimana kita merasa (M1), meyakini (M2), dan mengetahui (M3). Percaya diri adalah keberanian diri yang datang dari kepastian tentang. kemampuan, nilai-nilai dan tujuan dari kita, atau bisa juga didefinisikan sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dan kehidupan individu tersebut dimana seseorang memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa seseorang bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Banyak ahli menilai bahwa percaya diri merupakan faktor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dan gagal.

RASA PERCAYA DIRI DALAM DIMENSI AGAMA

Dalam agama Islam sebagaimana firman Allah yang tercantum pada QS At Tiin:4-8, QS Al Bayyinah:7 dan QS Al Israa:70 bahwa Allah menciptakan manusia khususnya orang beriman, adalah dalam sebaik-baiknya makhluk dari semua makhluk yang diciptakan oleh Allah. Dengan dasar ayat-ayat tersebut diatas pada hakikatnya dimata Allah orang yang beriman adalah orang yang dimuliakan oleh Allah dan dinilaiNya sebagai makhluk yang terbaik. ini sebetulnya sudah cukup bagi orang yang beriman untuk tetap percaya diri dalam menghadapi permasalahan tanpa harus merasa rendah diri dan takut karena Allah sebagai Sang Pencipta semua makhluk dibumi ini mendudukkannya pada tempat yang mulia.

Sejelek apapun adanya kelemahan yang ada pada diri seseorang, manusia haruslah berkeyakinan bahwa masih banyak hal yang jauh lebih baik diberikan Allah bahkan mungkin melebihi makhluk Iainnya apabila manusia mau menggali potensi tersebut dan yang terpenting adalah janganlah seseorang hanyut terlalu dalam dengan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Selama manusia berpegang teguh pada keimanan, tidak ada alasan untuk merasa rendah diri bahkan jiwa rendah diri ini akan melemahkan perjuangan manusia yang justru dilarang oleh Allah karena sesungguhnya orang beriman dimuliakan oleh Allah.

Orang beriman tidak pantas merasa rendah diri dihadapan manusia, padahal Allah mencintainya. Jika itu terjadi sama dengan mengecilkan kecintaannya Allah, mengecilkan kebesaran Allah bahkan tidak takut dan tidak malu pada Allah tapi justru lebih takut dan malu pada sesama manusia. ini adalah pemahaman yang salah karena Iebih mempertimbangkan pendapat manusia daripada pandangan dan penilaian Allah. Dengan dasar itulah maka orang beriman seharusnya bersikap selalu merasa besar hati dalam menghadapi segala permasalahan, tidak takut dan penuh rasa percaya diri dalam berkarya, bertindak dan memperjuangkan agama Allah bahkan semuanya harus dilandasi dengan riang gembira karena apapun hasilnya, dimata Allah tetap mulia, tahan uji dan tidak mudah putus asa karena yakmn bahwa sebagai orang beniman akan selalu mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah, selalu berpikinan positif (husnudhon) dan menghindarkan diri dari prasangka negatif (su?udhon), selalu bersyukur terhadap nikmat Allah dan memanfaatkan nikmat tersebut apa adanya tanpa harus mengeluh terhadap apa yang tidak diterimanya karena semuanya adalah qadar dan Allah yang harus diterima dengan ridho sebagai ujian. Selalu berusaha memperbaiki diri sendiri dalam segala urusan dan selalu berbuat untuk kebaikan semuanya. Sikap-sikap tadi jika benar-benar diterapkan, sebetulnya merupakan cerminan untuk onang yang mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Nabi Muhammad sendiri mencontohkan betapa beliau sendirian akan tetapi karena semangat yang terus dipompakan oleh Allah melalui Malaikat Jibril telah membesarkan hati beliau untuk pantang menyerah dan tidak merasa rendah diri menghadapi para pembesar-pembesar Quraisy yang saat itu masih dalam kekafiran. Rasa percaya diri harus dilatih dan ditumbuhkan, sehingga manusia bangga akan diriiya sendiri (tidak sombong), dengan rakhmat dan nikmat Allah yang telah diberikan pada manusia..

Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Alfred Adler mencurahkan dirinya pada penyelidikan rasa rendah diri. Ia mengatakan bahwa kebutuhan yang paling penting adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas (Lauster, 1999: 10).

Menurut Koentjaraningrat , salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya rasa percaya diri. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Afiatin dkk, terhadap siswa SMTA di Kodia Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri (Martaniah, 1998: 66).

Martin (1974: 2) melakukan penelitian tentang rasa percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di Oklahoma. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri lebih rendah.

Kloosterman (1988: 348) meneliti pada pelajar School in South-Central Indiana dengan jumlah 266 wanita dan 233 pria. Ia meneliti tentang rasa percaya diri pada pelajar. Ternyata rasa percaya diri sangat penting bagi pelajar untuk berhasil dalam belajar matematika. Dengan adanya rasa percaya diri, maka akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika, sehingga pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi lebih berhasil dalam belajar matematika.

Penelitian yang dilakukan oleh Panduranti (2001: 59) tentang hubungan antara rasa percaya diri dan perilaku konsumtif pada mahasiswi. Subjek penelitian yang terdiri dari beberapa mahasiswi Universitas Muhammadiyah malang ini menunjukkan bahwa percaya diri mempunyai hubungan negatif dengan perilaku konsumtif. Maksudnya apabila rasa percaya diri individu tinggi maka perilaku konsumtifnya rendah, begitu pula sebaliknya. Individu yang memiliki rasa percaya diri rendah maka perilaku konsumtifnya tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Gandamana (2000: 50) tentang hubungan rasa percaya diri dengan penyesuaian sosial pada remaja di panti asuhan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara rasa percaya diri dengan penyesuaian sosial pada remaja. Penelitian terhadap remaja di panti asuhan anak yatim Mabarrot Sunan Giri Malang ini menunjukkan bahwa semakin positif atau tinggi rasa percaya diri akan diikuti semakin positif atau tinggi penyesuaian sosial yang dialami individu.

Sehubungan dengan penelitian di atas, Marfiyanti (2001: 58) meneliti tentang hubungan rasa percaya diri dengan efektifitas komunikasi pada pasangan muda. Berdasarkan dari hasil penelitiannya ia menyimpulkan bahwa semakin tinggi rasa percaya diri maka semakin tinggi pula efektifitas komunikasi individu. Penelitian dengan subjek sebanyak 40 orang dengan pendidikan SMU hingga S1 ini diketahui ternyata faktor percaya pada kemampuan pribadi merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri dibanding faktor lainnya. Hal ini disebabkan karena seseorang yang percaya pada kemampuan yang dimilikinya atau dengan kata lain memilki keyakinan yang positif akan lebih percaya diri, sehingga akan mempunyai keberanian untuk berkomunikasi dan lebih bersikap terbuka dengan pasangannya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimat (2002: 2) dari sekolah kedokteran Universitas Indiana Polis, bahwa remaja putri yang kurang memiliki rasa percaya diri lebih cenderung melakukan seks bebas daripada remaja putri yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini karena mereka membutuhkan pengakuan dari lawan jenisnya dan memiliki ikatan atau seseorang yang dapat dijadikan teman terdekat untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka.

MASALAH KURANGNYA RASA PERCAYA DIRI (SELF ESTEEM)

Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya. Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai berikut :

* Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh

* Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)

* Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan

* Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah

* Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)

* Canggung dalam menghadapi orang

* Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan

* Sering memiliki harapan yang tidak realistis

* Terlalu perfeksionis

* Terlalu sensitif (perasa)

Individu yang memiliki self esteem yang lemah memiliki citra diri negatif dan konsep diri yang buruk. Semuanya akan menjadi penghalang kemampuannya sendiri dalam membentuk satu hubungan antar individu agar nyaman dan baik untuk dirinya. Bahkan seringkali menghukum dirinya sendiri atas ketidakmampuannya dan terlarut dalam penyesalan. Penghargaan diri yang rendah juga akan memicu seseorang untuk melakukan dua sikap ekstrim yang merugikan, yaitu sikap pasif dan agresif. Sikap pasif yaitu sikap yang tidak tegas dalam melakukan berbagai tindakan akibat adanya rasa takut membuat orang lain tersinggung, merasa diperintah atau digurui yang membuat diri menjadi benci dan merasa dikucilkan. Sikap agresif dalam hal ini yaitu memaksakan gagasan, tidak mau menerima masukan dari orang lain dan cenderung mengundang perdebatan daripada menyelesaikan masalah, padahal sikap menentang dan mengabaikan ide-ide orang lain berarti menghambat tercapainya keputusan yang tepat dan akurat.

Ciri-ciri orang yang memiliki self esteem yang lemah, adalah:

1. Critical (selalu mencela), yaitu biasanya selalu mencela orang lain, banyak keinginannya dan seringkali tidak terpenuhi, senang memperbesar masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mau mengakui kekurangannya,

2. Self centred (mementingkan diri sendiri), yaitu biasanya egois, tidak peduli dengan kebutuhan orang lain atau perasaan orang lain, segala sesuatunya berpusat pada dirinya sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan lainnya yang akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi. Perilaku ini akan menjauhkan dirinya dan orang-orang disekelilingnya,

3. Cynical (sinis/suka mengolok-olok), yaitu senang meledek orang lain dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan, kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain juga tidak senang padanya,

4. Diffident (malu-malu), yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak pernah bisa membuktikan kelebihannya dan seringkali gagal dalam melakukan sesuatu. Hal-hal serta kesalahan kecil seringkali diperhitungkan terlalu serius dan dilihat sebagai bukti ketidakmampuan dirinya. Walaupun memiliki bakat dan kemampuan seperti orang lain, tapi gagal untuk bisa memperlihatkan tanggung jawabnya dan juga gagal dalam memanfaatkan kelebihannya karena sudah membayangkan kegagalan yang ada dihadapannya.

KIAT MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN SELF ESTEEM
Ada enam faktor yang dapat mendukung untuk membangun self esteem yang biasanya disingkat dengan G-R-O-W-T-H, yaitu:

1. Goal setting (merencanakan tujuan), yaitu menentukan tujuan hidup;

2. Risk taking (mengambil resiko), yaitu berani untuk mengambil resiko kerena seseorang tidak akan pernah mengetahui kemampuan dir sendiri jika tidak mau mengambil resiko;

3. Opening up (membuka diri), yaitu kalau seseorang mau membuka diri dan berbagi rasa (sharing) dengan orang lain maka akan mudah baginya untuk mengenali dirinya sendiri;

4. Wise-choice making (membuat keputusan yang bijaksana), yaitu kalau seseorang biasa membuat keputusan yang benar maka akan meningkatkan self confidence dan self esteem;

5. Time sharing (berjalan sesuai dengan waktu), yaitu jangan terlalu memberikan tekanan/ paksaan pada diri sendiri untuk mendapatkan perubahan karena tidak mungkin perubahan bisa didapat secara langsung dan

6. Healing (penyembuhan), yaitu penyembuhan dalam arti fisik dan mental dan hal itu bisa dilakukan dengan cara membuat komitmen dan thankful (rasa syukur).

Self esteem adalah suatu kualitas yang dapat ditingkatkan pada setiap saat dalam kehidupan manusia dan tidak terikat oleh umum, pendidikan dan status sosial. Membangun self esteem adalah suatu proses yang memerlukan waktu dan membutuhkan kesabanan serta ketekunan, walaupun perjuangan untuk membangun self esteem itu tidak mudah tetapi pantas untuk tetap dilakukan karena hasilnya bisa dinikmati untuk selamanya.

CARA-CARA ATAU LANGKAH UNTUK MENINGKATKAN SELF ESTEEM
Adapun cara-cara/ langkah untuk meningkatkan self esteem adalah:

1. Memberikan positive stroke (sentuhan positif) pada orang lain, yaitu menghargai orang lain walaupun terhadap hal-hal yang kecil dengan sentuhan dan kata-kata yang diungkapkan secara spesifik serta ekspresi wajah. Sentuhan positif dapat membantu meningkatkan dan memperkuat self esteem bagi sipenerima dan pemberi sentuhan positif tersebut. Memberikan sentuhan positif adalah cara untuk memberikan penghargaan yang sehat kepada orang lain. Bila kita memperlakukan orang lain dengan hormat dan penuh kasih sayang, harga dir kita secara tidak langsung ikut terbawa menjadi lebih kuat lagi. Adapun cara memberikan sentuhan positif adalah dengan memandang langsung mata orang yang diberikan sentuhan positif untuk menunjukkan keseriusan dan perhatian seseorang serta berkata dengan menggunakan kata-kata yang lebih jelas, lebih spesifik, hangat dan nada suara yang baik;

2. Tidak memberikan plastic stroke (sentuhan palsu/basa-basi) pada orang lain, penghar gaan yang diberikan pada orang hanyalah merupakan basa-basi, dianggap tidak ada artinya sama sekali sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman. Puji-pujian yang berlebihan atau tidak tulus dimasukkan sebagai kategori sentuhan palsu yang tidak berharga dan tidak akan meningkatkan self esteem baik pemberi maupun penerimanya,

3. Harus bisa menerima dan belajar untuk menerima positive stroke yang diberikan oleh orang lain,

4. Menolak plastic stroke dengan halus dan tanpa pamrih,

5. Bersungguh-sungguh menetapi apa yang sedang kita usahakan, sebab tidaklah akan bernilai kalau tidak disertai usaha yang gigih dan sungguh-sungguh,

6. Berdoa serta meminta pertolongan hanya kepada Allah Azza Wa Jalla.

PERKEMBANGAN RASA PERCAYA DIRI

Pola Asuh (Lingkungan Keluarga)

Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri sebagaimana harga diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan bersama orang tua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi diusia dini merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak akan membangkitkan rasa pencaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai dimata orang tuanya dan meskipun melakukan kesalahan, dan sikap orang tua anak tersebut melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksistensinya (keberadaannya). Anak tersebut dikemudian hari akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri seperti orang tuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.

Lain halnya dengan orang tua yang kurang memberikan perhatian perkembangan jiwa pada anak atau suka mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang telah dicapai oleh anak ataupun seolah-olah menunjukkan ketidak pencayaan mereka pada kemampuan dan kemandirian anak dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan. Tindakan overprotective orang tua menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri, segala sesuatu disediakan dan dibantu orang tua. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan membahagiakan orang tua. Anak akan merasa rendah diri dimata saudara kandungnya yang lain atau dihadapan teman-temannya.

Menurut para psikolog, orang tua dan masyarakat seringkali meletakkan standard dan harapan yang kurang realistik terhadap seorang anak ataupun individu. Sikap suka membanding- bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan anak ataupun membicarakan kelebihan anak lain didepan anak sendiri tanpa sadar menjatuhkan diri anak-anak tersebut. Selain itu masyarakat tanpa sadar sering menciptakan trend yang dijadikan standar patokan sebuah ataupun penerimaan sosial.

Pola Pikir Negatif

Dalam hidup bermasyarakat setiap individu mengalami berbagai masalah kejadian, seperti bertemu orang-orang baru dan lain sebagainya. Reaksi individu terhadap seseorang ataupun sebuah peristiwa amat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif. Individu tidak menyadari bahwa dari dalam dirinyalah semua negativisme itu berasal. Pola pikir individu yang kurang percaya diri bercirikan, antara lain: menekankan keharusan-keharusan pada diri sendiri, cara berpikir totalitas dan dualisme, pesimistik yang futuristik, tidak kritis dan selektif terhadap self criticism, mudah menyalahkan diri sendiri dan memberikan sebutan-sebutan negatif, sulit menerima pujian ataupun hal-hal positif dan orang lain, suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri

Pengaruh Lingkungan Luar Keluarga

Ternyata sikap tidak percaya diri ini muncul selain akibat kebiasaan-kebiasaan seseorang mengembangkan sikap dan pendapat negatif tentang dirinya sendiri, sikap tidak percaya diri ini juga muncul sebagai akibat dan pengaruh Iingkungannya, antara lain sikap lingkungan yang membuat seseorang takut untuk mencoba, takut untuk berbuat salah, semua harus seperti yang sudah ditentukan. Karena ada rasa takut dimarahi, seseorang jadi malas untuk melakukan hal-hal yang berbeda dari orang kebanyakan.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangkan jika seseorang sedang mengalami krisis kepercayaan diri.

1. Evaluasi diri secara obyektif

Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar “kekayaan†pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri. Sadari semua asset-asset berharga Anda dan temukan asset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri Anda, seperti : pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths, Weaknesses, Obstacles and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistic.

2. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri

Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu Anda menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri – hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.

3. Positive thinking

Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak Anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody’s perfect dan it’s okay if I made a mistake. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Hati-hatilah agar masa depan Anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.

4. Gunakan self-affirmation

Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya:

* Saya pasti bisa !

* Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh menentukan hidup saya !

* Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan

* Sayalah yang memegang kendali hidup ini

* Saya bangga pada diri sendiri

5. Berani mengambil resiko

Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi resikonya. Contohnya, Anda tidak perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari resiko ditolak. Jika Anda ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada resiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko. Ingat: No Risk, No Gain.

6. Menetapkan tujuan yang realistik

Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan. Dengan “beban†seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu membandingkan dirinya dengan orang-orang yang membuat “cemburu†hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang Anda alami dan percayalah bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup Anda.

7. Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan

Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang Anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya resiko yang tidak diinginkan.

MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI

Bagi sebagian kita yang punya masalah seputar rendahnya kepercayaan-diri atau merasa telah kehilangan kepercayaan diri, mungkin Anda bisa menjadikan langkah-langkah berikut ini sebagai proses latihan:

1. Menciptakan definisi diri positif.

Steve Chandler mengatakan, “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah mengubah definisi dirimu.” Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kita lakukan adalah:

* Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positif tentang diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan.

* Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita miliki

* Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari mulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.

Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif dan motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk membangun kepercayaan diri.

2. Memperjuangkan keinginan yang positif

Selanjutnya adalah merumuskan program / agenda perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnya memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke arah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (target, tujuan atau keinginan) yang sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah pede kita. Kita perlu ingat bahwa pada akhirnya kita hanya akan menjadi lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang baik buat kita. Titik. Tidak ada yang bisa mengganti prinsip ini.

3. Mengatasi masalah secara positif

Pede juga bisa diperkuat dengan cara memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah pede. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah. Karena itu ada yang mengingatkan, begitu kita sudah terbiasa menggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kita seringkali bermasalah.

4. Memiliki dasar keputusan yang positif.

Kalau dibaca dari praktek hidup secara keseluruhan, memang tidak ada orang yang selalu yakin atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau dalam mewujudkan keinginan. Orang yang sekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tiba-tiba realitas berubah secara tak terduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: “Ketika saya putus asa maka saya selalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya menang tetapi akhirnya kalah. Pikirkan ucapan saya ini, SELALU”. Artinya, kepercayaan Gandhi tumbuh lagi setelah mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar.

5. Memiliki model / teladan yang positif

Yang penting lagi adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain yang lebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

I. SIMPULAN

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya tanpa pendidikan manusia sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Proses belajar mengajar merupakan bagian dari pendidikan, yang mempunyai tujuan tapi dalam mencapai tujuan tersebut banyak sekali hambatan-hambatan. Sehingga tidak akan terlepas dari sebuah bimbingan yang diperlukan didalam setiap lembaga. Karena dalam kenyataannya PBM itu Bimbingan dimaksudkan agar peserta didik mampu mandiri dan berkembang secara optimal baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan social ataupun lingkungan belajar. Bimbingan yang dilakukan disekolah tidak terlepas dari norma-norma yang berlaku.

Tujuan bimbingan dan konseling yaitu membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal, menyellesaikan diri dengan lingkungan secara konstruktif, memecahkan masalah yang dihadapinya secara realistis, mengambil keputusan secara konkrit dan bertanggung jawab atas keputusan yang dipecahkan dan menyusun rencana untuk masa depan yang lebih baik.

Sesuai dengan tujuan bimbingan yaitu memandirikan peserta didik, jadi di sekolahpun diajarkan tentang rasa kepercayaan diri. Karena kepercayaan diri itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses belajar mengajar di sekolah. Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya, padahal sebenarnya dia mampu untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi tugasnya, misalkan dalam mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal dalam ujian, seolah-olah mereka lebih percaya kepada teman dari pada kemampuan dirinya sendiri, padahal belum tentu teman kita benar dalam mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal dalam ujian.

II. SARAN

Dalam menghadapi persoalan kurangnya rasa percaya diri dalam proses pembelajaran, penulis mencoba memberikan beberapa saran seperti di bawah ini:

1. Untuk guru atau tenaga pendidik:

a). Lebih merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, misalkan lebih memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan serta masukan;

b). Memakai metode atau strategi yang menarik dalam menyampaikan materi, sehingga siswa bisa mendalami materi;

2. Untuk murid:

a. Lebih mengasah kemampuan atau lebih mendalami suatu ilmu pengetahuan, bias dengan cara lebih banyak membaca, sehingga rasa percaya diri dapat berkembang dan tumbuh;

b. Lebih berani bertanya apabila kurang mengerti atau kurang bias menerima pelajaran, sehingga timbul rasa keberanian yang dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri;

c. Merasa berdosa apabila melakukan hal-hal yang tidak jujur, karena hidup tidak selamanya di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu, Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Nurishsan, A. juntika, Bimbingan dan Konseling dalam berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Adimata, 2006.

Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Cetakan kelima, Remaja Rosda Karya, Bangung, 1990.

All 'bOut Riesza is Here

Copyright (c) 2000, e-psikologi.com. All rights reserved
Situs ini didesain oleh e-psikologi.com

Copyright (c) 2008, e-psikologi.com. All rights reserved
Situs ini didesain oleh e-psikologi.com

Power point, PSIKOLOGI PENDIDIKAN, FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2004

Benevolence theme by Theron Parlin.
Syndicate entries using RSS and Comments (RSS). This theme contains valid XHTML and CSS

Pede atau Egois? Oleh: Ubaydillah, AN

Copyright (C) bppsdmk.depkes.go.id 2006

Bagaimana Menjadi Percaya Diri ? Oleh : Ubaydillah, AN

Airlangga Vocational School Of Information Technology - www.smka-smr.sch.id

Sekolahindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar